Senin, 26 November 2018

Tugas Contoh Penellitian Kualitatif


PEMBELAJARAN KINESTETIK DENGAN METODE BERMAIN SOSIAL PADA ANAK TK PERTIWI DI DESA CIBEBER KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Metode Penelitian Kualitatif
                                                                                                


Oleh,
Ine S Insani
162103012

Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi
Tasikmalaya
2017





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, hidayah, serta inayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pembelajaran Kinestetik Dengan Metode Bermain Sosial Pada Anak TK Pertiwi Di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan proposal ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun berkat dukungan, dorongan, dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya.Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1.      Bapak Prof .Dr. H. Yus Darusman,.M. Si selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
2.      Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama masa hidup saya.
3.      Teman-teman seperjuangan Pendidikan Luar Sekolah yang telah membantu dan berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.
4.      Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dan penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang bekepentingan.

DAFTAR ISI








BAB I

PENDAHULUAN


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun. Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005).Pada masa tersebut merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
Menurut banyak penelitian bidang neurologi ditemukan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Suyanto, 2005). Penelitian itu juga menyebutkan, kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya sehingga pada usia emas merupakan waktu yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Anak dengan kecerdasan kinestetik membutuhkan proses belajar melalui sentuhan, tindakan, gerakan dan aktivitas yang bersifat hands-on. Proses belajar yang pasif seperti duduk tenang mendengarkan atau mengamati membuat mereka cepat bosan.

Kecerdasan kinestetik ditandai dengan kemampuan mengontrolgerak tubuh dan kemahiran mengelola obyek. Seseorang yang optimaldalam kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam halmengekspresikan dalam mimik atau gaya, atletik, menari dan menatatari,kuat dan terampil dalam motorik halus, koordinasi tangan dan mata,motorik kasar, dan daya tahan (Musfiroh, 2008: 116). Kecerdasankinestetik adalah suatu kecerdasan di mana saat digunakan akan mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus, berlari, membangun sesuatu,karya seni, dan hasta karya. Anak-anak yang mempunyai kecerdasan kinestetik rata-ratasenang bergerak dan menyentuh, mereka memiliki kontrol padagerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak(Soefandi, 2009:70).
Mengingat pentingnya kecerdasan kinestetik untuk anak yaitusebagai kecerdasan gerak tubuh dimana kemampuan ini diawali denganterbentuknya refleks dan keterampilan motorik sederhana yang kemudianberkembang menjadi kemampuan mengontrol gerakan, kecepatan,keseimbangan, ketangkasan, kelenturan, kekuatan, fleksibilitas, dankeindahan gerakan yang dapat dilakukan baik dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian kecerdasan kinestetik sejogyanya diajarkan setiap jenjang pendidikan dan merupakan pelajaran serta pengembangan olah gerak tubuh yang sangat penting untuk dilakukan pada anak usia dini.
Bermain sosial hal ini dapat membantu pembelajaran kinestetik pada anak usia dini, hal tersebut dikarenakan bermain adalah salah dunia kerja anak usia pra sekolah, dan menjadi hak setiap anak untuk bermain, tanpa dibatasi usia. Melalui bermain anak dapat memiliki berbagai manfaat bagi perkembangan, aspek ini saling menunjang satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu aspek tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, maka akan terjadi ketimpangan karena bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat dalam diri setiap anak. Dengan demikian, anak dapat belajar berbagai keterampilan dengan senang hati tanpa merasa terpaksa atau dipaksa untuk mempelajarinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, menjadi salah satu fokus perhatian TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupateng Tasikmalaya, yakni dalam rangka mengembangkan kecerdasan kinestetik siswanya.Salah satu pola yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan dankecerdasan kinestetik siswa TK Pertiwi, yakni dengan metode pembelajaran bermain sosial supaya menutut anak berinteraksi dengan temannya, tidak asik dengan permainannya. Diantaranya: Petak umpet, tarik tambang, baren, dan loncat tali.
Dengan demikian itulah yang menarik minat saya untuk melakukan penelitian di TK Pertiwi tentang pembelajaran kinestetik dengan  metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?


Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

1.      Kegunaan Teoritis
             Diharapkan penelitian ini berguna dalam bidang ilmu pendidikan teruatama pendidikan pada masa usia dini.
2.      Kegunaan Pragmatis
             Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menyelesaikan masalah pembelajaran anak dengan kecerdasan kinestetik melalui metode bermain sosial di TK Pertiwi.






BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS/PERTANYAAN PENELITIAN


1.      Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Pendidikan umum kanak-kanak merupakan bagian dari pendidikan anak usia dini. Oleh sebab itu konsepsinya tidak berbeda, yakni sebagaimana didefinisikan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional yang menyatkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidika untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003).
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak, anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalag masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan mengasimilasikan atau menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik,kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal.Tanda bahwa anak berkembang optimal pada prilaku sehari-hari yang ada pada gilirannya menjadi kebiasaan hidup.Pembiasaan merupakan bagian penting dalam tahapan penalaran prakonvensional dimana anak mula-mula mengembangkan keterampilan hidupnya lebih bergantung pada faktor eksternal. Oleh karena out, peran orangtua dan guru dalam mengembangkan pembiasaan berprilaku sebagaimana yang dikehendaki (misalnya: disiplin, mandiri) melalui contoh dan tindakan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, tahapan ini akan berangsur-angsur menuju je tahap konvensional dimana anak mulai mengembangkan nilai pribadi dan menjadikan nilai-nilai tertentu sebagai perilakunya.
Sehubungan dengan hal di atas pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di Taman Kanak-kanak diarhlan mengembangkan kemampun mencintai diri sendiri melalui mengenal, menerma, dan mengarahkan diri, mencintai orang lai melalui bekerjasama dan berkolaborasi, menolong toleran, dan empatik; hidup produktif melalui penguasaan kecakapan hidup (life skills dan soft skills); serta hidup lebih berbahagia.
Sejalan dengan hal tersebut diatas sesuai tekad pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mensukseskan gerakan disiplin nasional sejak usia Taman Kanak-kanak, anak sudah dibiasakan untuk berperilaku yang baik dan berdisiplin sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.
Taman Kanak-kanak yang diselenggarakan di Indonesia berfungsi untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak melalui penyediaan pengalaman aktifitas bermain yang bersifat mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh.Potensi multiple intelegence nya agar anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Selain itu fungsi dari TK adalah membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangan agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Disini fungsi TK mempersiapkan layanan pendidikan bagi anak usia dini secara terencana untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak (Depdiknas, 2008).
Soegeng Santoso (2002) menyataka bahwa dalam pembelajaran TK, sangat disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran dan juga sangat disesuaikan dengan karakteristik anak TK. Anak TK diantaranya, suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang, dan suka bermain.

2.      Pembelajaran Kinestetik
Model Pembelajaran yaitu kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan yang bertujuan yang tertata secara sistematis.
Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai upay untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kea rah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya. Beberapa manfaat model pembelajaran :
a.       Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi para pengajar atau guru dalam memilih desain suatu proses belajar mengajar sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang mereka bina.
b.      Terkait dengan materi ajar, setiap materi ajar memerlukan suatu desain pembelajaran yang khas dan khusus untuk materi ajar tersebut.
c.       Menimbulkan inspirasi diantara pakar teknologi pendidikan untuk menciptakan kembali model-model turunan lain dari disain pembelajaran.
d.      Membuka peluang untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang desain pembelajaran sehingga model desain pembelajaran dapat dicobakan dan diperbaiki.
Pengggunaan model pembelajaran disekolah sebainya disesuaikan dengan gaya belajar siswa agar minat terhadap pembelajaran tinggi. Gaya belajar adalah kunci mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situas-situasi antar pribadi. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sehingga setiap individu perlu mengetahui gaya belajar masing-masing agar belajar lebih efektif dan mampu meningkatkan minat belajar.
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh ( Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, 2000 : 113). Gaya belajar kinestetik merupakan kemampuan untuk menyatukan tubuh dan pikiran ke dalam penampilan fisik yang sempurna. Dimulai dengan pengendalian diri gerakan-gerakan  yang otomatis maupun disengaja, kemudian akan menggunakan tubuh dalam cara keterampilan yang  benar-benar berbeda. Semua bakat yang ditampilkan ini sangat membutuhkan sensasi dan ketepatan waktu yang ditransformasikan secara intensif kedalam suatu gerakan (Syamsu Yusuf Junatika Nurihsan, 2010:231).
Pembelajaran kinestetik ialah pembelajaran dengan menekankan pada kemampuan seseorang dalam menangkap informasi dan mengolahnya sedemikian cepat, lalu dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan badan, kaki, dan tangan (Muhammad Muhyi Faruq, 2007 : 3). Informasi yang datang diolah di dalam otak dengan kecepatan tertentu ke dalam suatu gerakan sehingga memunculkan perfoma.Gerak terbagi atas 3 macam yaitu lokomasi, nonlokomasi, dan gerak manipulasi.Terdapat tiga tahap dalam mempelajari gerak yakni tahap kognitif, fiksasi, dan otomatisasi.
Siswa kinestetik selalu berpikir melalui sensai dan gerak fisik.Prinsip pembelajaran kinestetik yakni pembelajaran dengan kemampuan untuk mengendalikan dan mengunakan fisik dengan mudah dan cekatan. Orang kinestetik menyukai hal-hal seperti : menari, berlari, melompat, menyentuh, menciptakan, mencoba, mensimulasi, merakit/membongkar, bermain drama, permainan, dan indera peraba.
Orang-orang kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Berbicara dengan perlahan, (2) Menanggapi perhatian fisik, (3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, (4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak, (6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, (7) belajar melalui memanipulasi dan praktik, (8) mengahfal dengan cara berjalan dan melihat, (9) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, (10) Banyak menggunakan isyarat tubuh, dan (11) Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama.
Dalam pembelajaran kinestetik, proses pembelajaran harus menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci, Menciptakan simulasi konsep agar siswa mengalamnya. Jika bekerja dengan siswa perseorangan, berikan bimbingan parallel dengan duduk disebelah merek, bukan duduk didepan atau dibelakang mereka. Cobalah berbicara dengan setiap siswa setiap hari.Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajarinya langkah demi langkah, Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar kepada siswa dan izinkan siswa berjalan-jalan di kelas.
Untuk melaksanakan pembelajaran kinestetik di kelas, guru dapat melakukannya dalam langkah prosedur (sintaks) berikut ini (Muhammad Fariq, 2003) :
a.       Perisiapan
Langkah ini dilakukan pada saat tahap pendahuluan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam langkah ini guru mempersiapkan siswa, baik yang berkaitan dengan minat siswa, perasaan positif untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal-hal tersebut dilakukan untuk menyiapkan mereka agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara maksimal.
b.      Penyampaian
Setelah melakukan persiapan di kegiatan pendahuluan, guru selanjutnya membantu siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menemukan informasi-informasi dan mempelajari keterampilan-keterampilan baru dengan gaya dan cara belajar yang sesuai dengan modalitas yang mereka miliki masing-masing. Dalam hal ini harus memberikan pembelajaran dengan cara yang bervariasi dengan memperhatikan gaya belajar kinestetik agar dapat terpenuhi kebutuhannya. Kegiatan yang meminta siswa aktif secara minds on, ataupun hands on activity yang sangat penting disediakan.
c.       Pelatihan
Setelah mengikuti kegiatan penyampaian melalui berbagai strategi yang mengakomodasi modalitas kinestetik dalam belajar tadi, guru kemudian memberikan fasilitas sehingga siswa dapat melakukan pelatihan.Hal ini dilakukan agar siswa lebih menyerap informasi atau hasil belajar yang diharapkan.
d.      Mempersentasikan Hasil
Kegiatan pembelajaran dengan modalitas kinestetik ini akhirnya ditutup dengan kegiatan siswa untuk mempersentasikan hasil belajar yang telah mereka peroleh.Pada tahap ini guru, seyogyanya menyediakan kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam belajar dan memberikan umpan balik.

3.      Metode Bermain Sosial dalam Pembelajaran
Smith (1971) menjelaskan bahwa bermain bagi anak merupakan kegiatan yang terdiri dari : meniru, eksplorasi, menguji, dan membangun (Hughes, 1995). Berdasarkan pengertian ini manfaat bermain bagi anak adalah sebagai sarana untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka, penyaluran keinginan dan kebutuhan yang tidak dapat mereka miliki. Menurut Hughes (1995) beberapa kegiatan bermain berdasarkan individu adalah :
a.       Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan
b.      Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati
c.       Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan
d.      Aktivitas dalam bermain lebih penting dari pada tujuan
e.       Bermain harus aktif secara fisik dan mental
f.       Bermain itu bebas, tidak harus selaras dengan kenyataan
g.       Dalam bermain, individu bertingkah laku secara spontan
h.      Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya di tentukan oleh pelaku
Dalam era globalisasi dan reformasi diperlukan perubahan-perubahan untuk peningkatan mutu pendidikan, salah satu teknik untuk merubahnya perlu penerapan model pembelajaran yang berfungsi mengembangkan bakat dan kreatifitas sercara optimal, baik rana kognitif, afektik, sensoris dan intuitif (dorongan dari dalam untuk mengarah kepada cita-cita).Disamping itu juga faktor intelegensi atau kecerdasan sebagai salah satu faktor internal.
Penerapan model bermain sosial adalah belajar memahami masalah- masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut, tujuannya adalah untuk mengusai pemahaman, kecerdasan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan,masalah kelompok, masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan,untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bermain sosial adalah cara alamiah anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya agar dapat mempermudah anak dalam bersosialisasi dengan temannya, guru maupun orang lain tanpa menghilangkan dunia kesenangan anak meskipun sudah memasuki pendidikan formal. Menurut Pressly dan Mc Cormick, 1995: 216. Teori bermain sosial, teori ini dikemukakan oleh Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Berdasarkan 2 asumsi yaitu :
1.      Bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apayang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain.
2.      Terdapat hubungan terkait yang erat antara anak dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitulingkungan, perilaku dan faktor-faktor.
Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan strategi sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasikan model-model perilaku yang akan digunakan dalam
Kelas
2.      Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional, dan memilih perilaku-perilaku model
3.      Mengembangkan urutan atau peringkat proses pengajaran
4.      Menerapkan aktifitas pengajaran dan membimbing aktifitas pembelajaran
siswa dalam membentuk proses kognitif dan motorik.
Belajar sosial juga dapat mengembangkan kecerdasan  siswa untuk berfikir secara logis dan rasional yang tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecerdasan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar dari berbagai sistem pengetahuan. Jenis model pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah untuk meningkatkan efektifitas belajar yang lebih rasional lagi maka siswa diharapkan memiliki kemampaun rasional poblem solving yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis untuk mendapat peningkatan mutu belajar siswa yang lebih kompeten.Berdasarkan penelitian awal ditemukan bahwa disekolah anak-anak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru mereka, dalam pembelajaran ips dapat dilakukan dengan berbagai cara dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru selalu menggunakan metode yang konvesional seperti ceramah dan tanya jawab sehingga interaksi antar subjek kurangintensif dan kurang interaktif.
Padahal banyak metode yang mudah untukditerapkan dalam pembelajaran seperti model pembelajaran bermain sosial yang bisa menghasilkan siswa aktif. Pada metode yang konvensional, disini guru yang lebih aktif dalam pembelajaran dan dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa, akibatnya menghasilkan siswa yang pasif, bosan dan monoton sehingga kurangnya aktifitas siswa selama proses pembelajaran dan akhirnya berdampak pada kurang berkembangnya kecerdasan anak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode bermain sosial dalam pembelajaran adalah metode mengajar yang menggunakan unsur-unsur bermain yang mensyaratkan interaksi siswa sebagai bentuk permainannya.
Konsep bermain dalam pembelajaran ini memberikan materi sebanyak 8 (delapan) macam yaitu tentang (1) kemampuan mengikuti tugas, (2) kemampuan imitasi, (3) kemampuan bantu diri, (4) kemampuan bahasa reseptif, (5) kemampuan bahasa ekspresif, (6) kemampuan pra akademik, (7) kemampuan akademik, (8) kemampuan sosial. Contoh bermain sosial adalah sebagai berikut.
1.      Petak Umpet
        Petak umpet adalah permainan rakyat tradisional umum di seluruh pelosok Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Manfaat permainan ini, anak bisa belajar bersosialisasi tidakhanya dilakukan oleh orang dewasa, anak kecil pun sudah harus melakukan hal tersebut untuk membiasakannya sampai ia dewasa. Permainan ini dilakukan dengan cara bersama-sama tanpa memandang rasa tau latar belakang keluarga. Semua anak-anak aka terlibat aktif dalam permainan tersebut.
2.      Tarik Tambang
        Tarik tambang adakah salah satu permainan tradisional yang mempergunakan seutas tambang dengan ukuran tertentu sebagagi alat mengadu kekuatan untuk saling menarik antara regu yang satu dengan yang lain. Manfaat permainan ini yaitu untuk mengajarkan kebersamaan dan memberi kesempatan untuk bersosialisasi.Selain kebersamaan, anak diajarkan untuk berempati, bergiliran, menaati peraturan, dan solidaritas.
3.      Lompat Tali
        Lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang,ini merupakan permainan yang terbilang sangat populer dari tahun 70-an sampai 80-an, menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Manfaat permainan ini untuk  memberikan kegembiraan pada anak, melatih semangat kerja keras kepada anak-anak untuk memenangkan permainan dengan melompato berbagai tahap lompatan tali, dan juga untuk melatih kecermatan anak.

4.             Konsep Pendidikan Formal Anak Usia Dini
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan: “Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. UU RI No. 20 tahun 2003 ini sebagai pengganti Undang-Undang sebelumnya yaitu UU RI No.2 tahun 1989, yang menjelaskan tentang dua jalur yaitu pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah”. Seperti yang djelaskan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 26 bahwa :
1.      Pendidikan Non Formal diselenggarakan bagi warga yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambahm dan atau pelengkap pendidikanformal dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2.      Pendidikan Non Formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan keterampilan fungsuonal serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.
3.      Pendidikan Non Formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kesetaraan, pendidikan keterampilan, dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan taman kanak-kanak merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang didalamnya ada proses belajar mengajar berkesinambungan tetapi terorganisir dengan baik dalam rangka mengembangkan kemampuan seseorang baik pengembangan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan sehingga seseorang dapat mengembangkan dirinya, keluarganya, lingkungan bahkan negaranya.








Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun. Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005). Pada masa tersebut merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.



Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?


Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.       Untuk mengetahui pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.


Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mengkaji masalah terjadi saat sekarang dengan cara mengumpulkan data, kemudian dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.

Teknik Pengumpulan Data
Observasi, wawancara, dokumentasi.

Hasil Penlitian


Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Indrawati CS pada tahun 2012, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Upaya Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak Melalui Kegiatan Gerak dan Lagu Di Kelompok Bermain Tunas Melati 1 Purworejo, Celep, Kedawung, Sragen”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, adapun yang dimaksud pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang informasi atau data dikumpulkan tidak berwujud angka-angka dan analisanya berdasarkan prinsip logika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat belajar anak tunagrahita mampu didik di SLB C Negeri Bantul.Kemudian, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalu kegiatan gerak dan lagu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar anak yang tampak dalam sikapnya dalam mengikuti pelajaran di kelas dan belajar di rumah masih terlihat rendah ataupun kurang. Hampir setiap pelajaran anak tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, tidak mau membaca ataupun menulis, sehingga buku-bukunya banyak yang hanya berisi coretan-coretan.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang kecerdasan kinestetik. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah lokasi dan fokus penelitiannya. Peneliti memfokuskan kegiatan belajar melalui bermain sosial, sedangkan penelitian oleh Ratna Indrawwati khusus pada Gerak dan Lagu. Lokasi penelitian yang digunakan TK Pertiwi Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berlokasi Di Kelompok Bermain Tunas Melati 1 Purworejo, Celep, Kedawung, Sragen.

Berdasarkan latar belakang penyusunan penelitiian kualitatif ini dapat ditarik sebuah pertanyaan penelitian yaitu : Bagaimana TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan pembelajaran kinestetik siswanya yang dilakukan dengan kegiatan bermain sosial ?








BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara untuk meneliti suatu masalah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai, karena metode yang digunakan akan menentukan dan berpengaruh pada hasil yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan suatu peristia yaitu gambaran pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial dalam proses pembelajarannya di TK Pertiwi Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Metode penelitian deskriptif tersebut dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan.Penelitian lapangan yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut infroman atau responden melalui instrument pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi, dan sebagainya. (Abudin Nata, 2000, Hal : 125)
Pengumpulan data langsung (data primer) atau riset lapangan (field research) yaitu dengan penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendatangi langsung ke objek penelitian, dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data :
1.      Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Husaini Usman Purnomo Setiadi Akbar, 1996, hal 54)
Teknik observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap Guru, staf karyawan, dan peserta didik.
2.      Teknik Wawancara
Teknik wawancara adalah dengan melakukan wawancara kepada pemimpin atau kepala sekolah dan beberapa guru dan karyawan untuk mendapatkan informasi.
Pengumpulan data tidak langsung (data sekunder) atau riset perpustakaan (library research) yang dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data-tata teoritis yang bersumber dari buku literature, bahan-bahan atau hasil kuliah, serta majalah yang ada kaitannya dengan materi yang disampaikan dosen.
3.      Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Metode ini penulis digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian seperti, gambaran umum, letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru atau peserta didik, serta sarana dan prasarana.



1.      Populasi
Suatu penelitian menentukan populasi merupakan hal penting karena menyangkut subjek yang menjadi perhatian peneliti, pengertian populasi menurut (Kartono, Kartini 1990 : 133) menyebutkan bahwa “populasi adalah totalitas semua kasus, kejadian, orang sebagai hal atau individu, manajemen, alat-alat mengajar, cara mengajar, cara pengadministrasian, peristiwa dll.”
Adapun sumber data tersebut terdiri dari :
1.      Kepala Sekolah TK Pertiwi (sebagai subyek, responden, dan sumber data)
2.      Guru TK Pertiwi (sebagai responden dan sumber data)
3.      Siswa TK Pertiwi (sebagai subyek, responden, dan sumber data)
4.      Orangtua siswa TK Pertiwi
5.      Pelaksanaan metode permainan sosial dalam pembelajaran (melempar bola, petak umpet, tarik tambang, baren, dan loncat tali).
2.      Sampel
Karena jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampel bertujuan (purposive sampling).Makdusnya adalah pengambilan sampel tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.Yang menjadi salah satu ciri sampel bertujuan adalah dari mana atau dari siapa pengambilan sampel itu dimulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada keperluan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor konsektual, jadi maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel dapat diakhir.Jadi kuncinya disini adalah jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.(Lexi J. Moleong, 1998, hal 166).

Operasional  variable adalah pengertian variable (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka peneliti membuat variabel dan indikator untuk menuntun peneliti dalam melakukan pengumpulan data. Variabel dan indikator penelitian ini adalah sebagai berikut :

No
Variabel
Indikator
1
Pembelajaran Kinestetik
a.       Pengertian Kinestetik
b.      Ciri-ciri belajar kinestetik
c.       Langkah-langkah pembelajaran kinestetik
2
Bermain Sosial
a.       Pengertian bermain sosial
b.      Teori bermain sosial
c.       Contoh bermain sosial





Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif untuk menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode analisis kualitatif.
Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan (descrable) fenomena ataupun data yang didapatkan. (Drajad Suhardjo, 2003, hal 12).
Untuk data kualitatif non angka yang diperoleh penulis dari penelitian, akan penulis olah dengan menggunakan metode deskriptif analisis non statistic dengan cara :
1.      Metode Induktif, yaitu cara berpikir yang bertolak dari fakta-fakta yang khusus kemudian kita tarik kesimpulan yang bersifat umum.
2.      Metode Deduktif, yaitu perolehan data atau keterangan yang bersifat umum, kemudian diolah untuk mendapatkan rincian yang bersifat khusus.
Selain analisis kualitatif penulis juga menggunakan analisis isi atau analisi dokumentasi (content analisis) yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan. Maksudnya adalah mengolah data yang terkumpul dan sudah menjadi dokumen dengan cara menganalisis isinya, setelah itu diolah dan dianalisis sesuai dengan isinya tetapi perlu diingat bahwa data itu harus diseleksi atas dasar reabilitasnya dan validalitasnya dan baru kemudian di deskripsikan.


DAFTAR PUSTAKA


Abidin, Yunus. Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik Edisi Revisi Kurikulum 2013, Bandung: Rizqi Press, 2015
Kurniasih Imas dan Sani Berlin.Lebih Memahami Konsep Dan Proses Pembelajaran, Kata Pena, 2017



0 komentar:

Posting Komentar