PEMBELAJARAN KINESTETIK
DENGAN METODE BERMAIN SOSIAL PADA ANAK TK PERTIWI DI DESA CIBEBER KECAMATAN
CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Metode Penelitian Kualitatif
Oleh,
Ine S Insani
162103012
Pendidikan
Luar Sekolah
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Siliwangi
Tasikmalaya
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, hidayah, serta
inayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Pembelajaran Kinestetik Dengan Metode Bermain Sosial Pada Anak TK
Pertiwi Di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya” tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan
proposal ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun
berkat dukungan, dorongan, dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis
mampu menyelesaikannya.Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1.
Bapak
Prof .Dr. H. Yus Darusman,.M. Si selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian
Kualitatif yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan.
2.
Ayah
dan Ibu yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama masa hidup
saya.
3.
Teman-teman
seperjuangan Pendidikan Luar Sekolah yang telah membantu dan berjuang
bersama-sama untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.
4.
Meskipun
telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dan penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis
berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak
lain yang bekepentingan.
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Anak
usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang
Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8
tahun. Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki
pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangannya (Mansur, 2005).Pada masa tersebut merupakan masa emas
(golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup
pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
Menurut
banyak penelitian bidang neurologi ditemukan bahwa 50% kecerdasan anak
terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah usia 8 tahun, perkembangan
otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Suyanto, 2005). Penelitian
itu juga menyebutkan, kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga
mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya
sehingga pada usia emas merupakan waktu yang sangat tepat untuk menggali segala
potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Anak dengan kecerdasan kinestetik
membutuhkan proses belajar melalui sentuhan, tindakan, gerakan dan aktivitas
yang bersifat hands-on. Proses belajar yang pasif seperti duduk tenang
mendengarkan atau mengamati membuat mereka cepat bosan.
Kecerdasan
kinestetik ditandai dengan kemampuan mengontrolgerak tubuh dan kemahiran
mengelola obyek. Seseorang yang optimaldalam kecerdasan ini cenderung menyukai
dan efektif dalam halmengekspresikan dalam mimik atau gaya, atletik, menari dan
menatatari,kuat dan terampil dalam motorik halus, koordinasi tangan dan
mata,motorik kasar, dan daya tahan (Musfiroh, 2008: 116). Kecerdasankinestetik
adalah suatu kecerdasan di mana saat digunakan akan mampu melakukan
gerakan-gerakan yang bagus, berlari, membangun sesuatu,karya seni, dan hasta
karya. Anak-anak yang mempunyai kecerdasan kinestetik rata-ratasenang bergerak
dan menyentuh, mereka memiliki kontrol padagerakan, keseimbangan, ketangkasan,
dan keanggunan dalam bergerak(Soefandi, 2009:70).
Mengingat
pentingnya kecerdasan kinestetik untuk anak yaitusebagai kecerdasan gerak tubuh
dimana kemampuan ini diawali denganterbentuknya refleks dan keterampilan
motorik sederhana yang kemudianberkembang menjadi kemampuan mengontrol gerakan,
kecepatan,keseimbangan, ketangkasan, kelenturan, kekuatan, fleksibilitas,
dankeindahan gerakan yang dapat dilakukan baik dalam kehidupan sehari-hari.Dengan
demikian kecerdasan kinestetik sejogyanya diajarkan setiap jenjang pendidikan
dan merupakan pelajaran serta pengembangan olah gerak tubuh yang sangat penting
untuk dilakukan pada anak usia dini.
Bermain
sosial hal ini dapat membantu pembelajaran kinestetik pada anak usia dini, hal
tersebut dikarenakan bermain adalah salah dunia kerja anak usia pra sekolah,
dan menjadi hak setiap anak untuk bermain, tanpa dibatasi usia. Melalui bermain
anak dapat memiliki berbagai manfaat bagi perkembangan, aspek ini saling
menunjang satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu aspek
tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, maka akan terjadi ketimpangan
karena bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang
sudah melekat dalam diri setiap anak. Dengan demikian, anak dapat belajar
berbagai keterampilan dengan senang hati tanpa merasa terpaksa atau dipaksa
untuk mempelajarinya.
Berdasarkan
latar belakang diatas, menjadi salah satu fokus perhatian TK Pertiwi di Desa
Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupateng Tasikmalaya, yakni dalam rangka
mengembangkan kecerdasan kinestetik siswanya.Salah satu pola yang digunakan
untuk meningkatkan kemampuan dankecerdasan kinestetik siswa TK Pertiwi, yakni
dengan metode pembelajaran bermain sosial supaya menutut anak berinteraksi
dengan temannya, tidak asik dengan permainannya. Diantaranya: Petak umpet,
tarik tambang, baren, dan loncat tali.
Dengan
demikian itulah yang menarik minat saya untuk melakukan penelitian di TK
Pertiwi tentang pembelajaran kinestetik dengan
metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak
TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?
Adapun
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial
pada anak TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
1.
Kegunaan
Teoritis
Diharapkan
penelitian ini berguna dalam bidang ilmu pendidikan teruatama pendidikan pada
masa usia dini.
2.
Kegunaan
Pragmatis
Dengan
hasil penelitian ini, diharapkan dapat menyelesaikan masalah pembelajaran anak
dengan kecerdasan kinestetik melalui metode bermain sosial di TK Pertiwi.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS/PERTANYAAN PENELITIAN
1. Pembelajaran
di Taman Kanak-kanak
Pendidikan umum kanak-kanak
merupakan bagian dari pendidikan anak usia dini. Oleh sebab itu konsepsinya
tidak berbeda, yakni sebagaimana didefinisikan dalam UU RI No. 20 tahun 2003
tentan Sistem Pendidikan Nasional yang menyatkan bahwa pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidika untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,
2003).
Usia 4-6 tahun, merupakan masa
peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak, anak mulai sensitif untuk
menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalag masa
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi lingkungan dan mengasimilasikan atau menginternalisasikan ke dalam
pribadinya. Masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik,kognitif,
bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni moral, dan
nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi stimulasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara
optimal.Tanda bahwa anak berkembang optimal pada prilaku sehari-hari yang ada
pada gilirannya menjadi kebiasaan hidup.Pembiasaan merupakan bagian penting
dalam tahapan penalaran prakonvensional dimana anak mula-mula mengembangkan
keterampilan hidupnya lebih bergantung pada faktor eksternal. Oleh karena out,
peran orangtua dan guru dalam mengembangkan pembiasaan berprilaku sebagaimana
yang dikehendaki (misalnya: disiplin, mandiri) melalui contoh dan tindakan.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, tahapan ini akan
berangsur-angsur menuju je tahap konvensional dimana anak mulai mengembangkan
nilai pribadi dan menjadikan nilai-nilai tertentu sebagai perilakunya.
Sehubungan dengan hal di atas
pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di Taman Kanak-kanak diarhlan
mengembangkan kemampun mencintai diri sendiri melalui mengenal, menerma, dan
mengarahkan diri, mencintai orang lai melalui bekerjasama dan berkolaborasi,
menolong toleran, dan empatik; hidup produktif melalui penguasaan kecakapan
hidup (life skills dan soft skills); serta hidup lebih berbahagia.
Sejalan dengan hal tersebut
diatas sesuai tekad pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan mensukseskan gerakan disiplin nasional sejak usia Taman Kanak-kanak, anak
sudah dibiasakan untuk berperilaku yang baik dan berdisiplin sesuai dengan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, pemerintah, dan masyarakat pada
umumnya.
Taman Kanak-kanak yang
diselenggarakan di Indonesia berfungsi untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak melalui penyediaan pengalaman aktifitas
bermain yang bersifat mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh.Potensi multiple intelegence nya agar anak
tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Selain itu fungsi dari TK
adalah membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini
secara optimal sehingga terbentuk perilaku kemampuan dasar sesuai dengan tahap
perkembangan agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Disini fungsi TK mempersiapkan layanan pendidikan bagi anak usia dini secara
terencana untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing
anak (Depdiknas, 2008).
Soegeng Santoso (2002) menyataka
bahwa dalam pembelajaran TK, sangat disesuaikan dengan prinsip-prinsip
pembelajaran dan juga sangat disesuaikan dengan karakteristik anak TK. Anak TK
diantaranya, suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang, dan suka
bermain.
2. Pembelajaran
Kinestetik
Model Pembelajaran yaitu kerangka
konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar
benar-benar merupakan kegiatan yang bertujuan yang tertata secara sistematis.
Dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan.Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai upay
untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan
berbagai strategi, metode, dan pendekatan kea rah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan.
Model desain pembelajaran
menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti
belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya. Beberapa
manfaat model pembelajaran :
a.
Memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi para pengajar atau guru dalam memilih
desain suatu proses belajar mengajar sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang
mereka bina.
b.
Terkait
dengan materi ajar, setiap materi ajar memerlukan suatu desain pembelajaran
yang khas dan khusus untuk materi ajar tersebut.
c.
Menimbulkan
inspirasi diantara pakar teknologi pendidikan untuk menciptakan kembali
model-model turunan lain dari disain pembelajaran.
d.
Membuka
peluang untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang desain pembelajaran
sehingga model desain pembelajaran dapat dicobakan dan diperbaiki.
Pengggunaan
model pembelajaran disekolah sebainya disesuaikan dengan gaya belajar siswa
agar minat terhadap pembelajaran tinggi. Gaya belajar adalah kunci
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situas-situasi
antar pribadi. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sehingga
setiap individu perlu mengetahui gaya belajar masing-masing agar belajar lebih
efektif dan mampu meningkatkan minat belajar.
Gaya
belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh ( Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, 2000 : 113). Gaya belajar
kinestetik merupakan kemampuan untuk menyatukan tubuh dan pikiran ke dalam
penampilan fisik yang sempurna. Dimulai dengan pengendalian diri
gerakan-gerakan yang otomatis maupun
disengaja, kemudian akan menggunakan tubuh dalam cara keterampilan yang benar-benar berbeda. Semua bakat yang
ditampilkan ini sangat membutuhkan sensasi dan ketepatan waktu yang
ditransformasikan secara intensif kedalam suatu gerakan (Syamsu Yusuf Junatika
Nurihsan, 2010:231).
Pembelajaran
kinestetik ialah pembelajaran dengan menekankan pada kemampuan seseorang dalam
menangkap informasi dan mengolahnya sedemikian cepat, lalu dikonkritkan dalam
wujud gerak, yakni dengan menggunakan badan, kaki, dan tangan (Muhammad Muhyi
Faruq, 2007 : 3). Informasi yang datang diolah di dalam otak dengan kecepatan
tertentu ke dalam suatu gerakan sehingga memunculkan perfoma.Gerak terbagi atas
3 macam yaitu lokomasi, nonlokomasi, dan gerak manipulasi.Terdapat tiga tahap
dalam mempelajari gerak yakni tahap kognitif, fiksasi, dan otomatisasi.
Siswa
kinestetik selalu berpikir melalui sensai dan gerak fisik.Prinsip pembelajaran
kinestetik yakni pembelajaran dengan kemampuan untuk mengendalikan dan
mengunakan fisik dengan mudah dan cekatan. Orang kinestetik menyukai hal-hal
seperti : menari, berlari, melompat, menyentuh, menciptakan, mencoba,
mensimulasi, merakit/membongkar, bermain drama, permainan, dan indera peraba.
Orang-orang
kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Berbicara dengan perlahan,
(2) Menanggapi perhatian fisik, (3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka, (4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (5) selalu
berorientasi pada fisik dan banyak gerak, (6) Mempunyai perkembangan awal
otot-otot yang besar, (7) belajar melalui memanipulasi dan praktik, (8)
mengahfal dengan cara berjalan dan melihat, (9) Menggunakan jari sebagai
petunjuk ketika membaca, (10) Banyak menggunakan isyarat tubuh, dan (11) Tidak
dapat duduk diam dalam waktu lama.
Dalam
pembelajaran kinestetik, proses pembelajaran harus menggunakan alat bantu pada
saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep
kunci, Menciptakan simulasi konsep agar siswa mengalamnya. Jika bekerja dengan
siswa perseorangan, berikan bimbingan parallel dengan duduk disebelah merek,
bukan duduk didepan atau dibelakang mereka. Cobalah berbicara dengan setiap
siswa setiap hari.Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajarinya langkah demi langkah, Ceritakan pengalaman pribadi
mengenai wawasan belajar kepada siswa dan izinkan siswa berjalan-jalan di
kelas.
Untuk
melaksanakan pembelajaran kinestetik di kelas, guru dapat melakukannya dalam
langkah prosedur (sintaks) berikut ini (Muhammad Fariq, 2003) :
a.
Perisiapan
Langkah ini dilakukan pada saat
tahap pendahuluan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam langkah ini guru
mempersiapkan siswa, baik yang berkaitan dengan minat siswa, perasaan positif
untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal-hal tersebut dilakukan
untuk menyiapkan mereka agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara
maksimal.
b.
Penyampaian
Setelah melakukan persiapan di
kegiatan pendahuluan, guru selanjutnya membantu siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran, menemukan informasi-informasi dan mempelajari
keterampilan-keterampilan baru dengan gaya dan cara belajar yang sesuai dengan
modalitas yang mereka miliki masing-masing. Dalam hal ini harus memberikan
pembelajaran dengan cara yang bervariasi dengan memperhatikan gaya belajar
kinestetik agar dapat terpenuhi kebutuhannya. Kegiatan yang meminta siswa aktif
secara minds on, ataupun hands on activity yang sangat penting disediakan.
c.
Pelatihan
Setelah mengikuti kegiatan
penyampaian melalui berbagai strategi yang mengakomodasi modalitas kinestetik
dalam belajar tadi, guru kemudian memberikan fasilitas sehingga siswa dapat
melakukan pelatihan.Hal ini dilakukan agar siswa lebih menyerap informasi atau
hasil belajar yang diharapkan.
d.
Mempersentasikan
Hasil
Kegiatan pembelajaran dengan
modalitas kinestetik ini akhirnya ditutup dengan kegiatan siswa untuk mempersentasikan
hasil belajar yang telah mereka peroleh.Pada tahap ini guru, seyogyanya
menyediakan kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam
belajar dan memberikan umpan balik.
3. Metode
Bermain Sosial dalam Pembelajaran
Smith (1971) menjelaskan bahwa
bermain bagi anak merupakan kegiatan yang terdiri dari : meniru, eksplorasi,
menguji, dan membangun (Hughes, 1995). Berdasarkan pengertian ini manfaat
bermain bagi anak adalah sebagai sarana untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan
oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka, penyaluran keinginan dan
kebutuhan yang tidak dapat mereka miliki. Menurut Hughes (1995) beberapa
kegiatan bermain berdasarkan individu adalah :
a.
Bermain
dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan
b.
Bermain
merupakan kegiatan untuk dinikmati
c.
Bermain
merupakan kegiatan yang menyenangkan
d.
Aktivitas
dalam bermain lebih penting dari pada tujuan
e.
Bermain
harus aktif secara fisik dan mental
f.
Bermain
itu bebas, tidak harus selaras dengan kenyataan
g.
Dalam
bermain, individu bertingkah laku secara spontan
h.
Makna
dan kesenangan bermain sepenuhnya di tentukan oleh pelaku
Dalam
era globalisasi dan reformasi diperlukan perubahan-perubahan untuk peningkatan
mutu pendidikan, salah satu teknik untuk merubahnya perlu penerapan model
pembelajaran yang berfungsi mengembangkan bakat dan kreatifitas sercara
optimal, baik rana kognitif, afektik, sensoris dan intuitif (dorongan dari
dalam untuk mengarah kepada cita-cita).Disamping itu juga faktor intelegensi
atau kecerdasan sebagai salah satu faktor internal.
Penerapan
model bermain sosial adalah belajar memahami masalah- masalah dan teknik-teknik
untuk memecahkan masalah tersebut, tujuannya adalah untuk mengusai pemahaman,
kecerdasan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan,masalah kelompok, masalah-masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan,untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama
dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya
secara berimbang dan proporsional. Bermain sosial adalah cara alamiah anak
untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya agar dapat
mempermudah anak dalam bersosialisasi dengan temannya, guru maupun orang lain
tanpa menghilangkan dunia kesenangan anak meskipun sudah memasuki pendidikan
formal. Menurut Pressly dan Mc Cormick, 1995: 216. Teori bermain sosial, teori
ini dikemukakan oleh Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford
Amerika Serikat. Berdasarkan 2 asumsi yaitu :
1.
Bahwa
individu melakukan pembelajaran dengan meniru apayang ada di lingkungannya,
terutama perilaku-perilaku orang lain.
2.
Terdapat
hubungan terkait yang erat antara anak dengan lingkungannya. Pembelajaran
terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitulingkungan, perilaku dan
faktor-faktor.
Dalam mengembangkan proses
pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan strategi sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasikan
model-model perilaku yang akan digunakan dalam
Kelas
2.
Mengembangkan
perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional, dan memilih
perilaku-perilaku model
3.
Mengembangkan
urutan atau peringkat proses pengajaran
4.
Menerapkan
aktifitas pengajaran dan membimbing aktifitas pembelajaran
siswa
dalam membentuk proses kognitif dan motorik.
Belajar sosial juga dapat mengembangkan
kecerdasan siswa untuk berfikir secara
logis dan rasional yang tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecerdasan
menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar dari berbagai sistem pengetahuan.
Jenis model pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan
masalah untuk meningkatkan efektifitas belajar yang lebih rasional lagi maka
siswa diharapkan memiliki kemampaun rasional poblem solving yaitu kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat,
logis dan sistematis untuk mendapat peningkatan mutu belajar siswa yang lebih
kompeten.Berdasarkan penelitian awal ditemukan bahwa disekolah anak-anak akan
memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru mereka, dalam pembelajaran
ips dapat dilakukan dengan berbagai cara dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, guru selalu menggunakan metode yang konvesional seperti ceramah dan
tanya jawab sehingga interaksi antar subjek kurangintensif dan kurang
interaktif.
Padahal banyak metode yang mudah untukditerapkan
dalam pembelajaran seperti model pembelajaran bermain sosial yang bisa
menghasilkan siswa aktif. Pada metode yang konvensional, disini guru yang lebih
aktif dalam pembelajaran dan dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi
siswa, akibatnya menghasilkan siswa yang pasif, bosan dan monoton sehingga
kurangnya aktifitas siswa selama proses pembelajaran dan akhirnya berdampak
pada kurang berkembangnya kecerdasan anak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode
bermain sosial dalam pembelajaran adalah metode mengajar yang menggunakan
unsur-unsur bermain yang mensyaratkan interaksi siswa sebagai bentuk
permainannya.
Konsep bermain dalam pembelajaran ini memberikan
materi sebanyak 8 (delapan) macam yaitu tentang (1) kemampuan mengikuti tugas,
(2) kemampuan imitasi, (3) kemampuan bantu diri, (4) kemampuan bahasa reseptif,
(5) kemampuan bahasa ekspresif, (6) kemampuan pra akademik, (7) kemampuan akademik,
(8) kemampuan sosial. Contoh bermain sosial adalah sebagai berikut.
1.
Petak
Umpet
Petak
umpet adalah permainan rakyat tradisional umum di seluruh pelosok Indonesia
dari Sabang sampai Merauke. Manfaat permainan ini, anak bisa belajar
bersosialisasi tidakhanya dilakukan oleh orang dewasa, anak kecil pun sudah
harus melakukan hal tersebut untuk membiasakannya sampai ia dewasa. Permainan
ini dilakukan dengan cara bersama-sama tanpa memandang rasa tau latar belakang
keluarga. Semua anak-anak aka terlibat aktif dalam permainan tersebut.
2.
Tarik
Tambang
Tarik
tambang adakah salah satu permainan tradisional yang mempergunakan seutas
tambang dengan ukuran tertentu sebagagi alat mengadu kekuatan untuk saling
menarik antara regu yang satu dengan yang lain. Manfaat permainan ini yaitu
untuk mengajarkan kebersamaan dan memberi kesempatan untuk
bersosialisasi.Selain kebersamaan, anak diajarkan untuk berempati, bergiliran,
menaati peraturan, dan solidaritas.
3.
Lompat
Tali
Lompat
tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang,ini
merupakan permainan yang terbilang sangat populer dari tahun 70-an sampai
80-an, menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan setelah mandi sore di
rumah. Manfaat permainan ini untuk
memberikan kegembiraan pada anak, melatih semangat kerja keras kepada
anak-anak untuk memenangkan permainan dengan melompato berbagai tahap lompatan
tali, dan juga untuk melatih kecermatan anak.
4.
Konsep Pendidikan
Formal Anak Usia Dini
Dalam Undang-Undang RI No. 20
tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan: “Jalur Pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya”. UU RI No. 20 tahun 2003 ini sebagai pengganti
Undang-Undang sebelumnya yaitu UU RI No.2 tahun 1989, yang menjelaskan tentang
dua jalur yaitu pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah”. Seperti
yang djelaskan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 26 bahwa :
1.
Pendidikan
Non Formal diselenggarakan bagi warga yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambahm dan atau pelengkap pendidikanformal
dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2.
Pendidikan
Non Formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan keterampilan fungsuonal serta pengembangan sikap dan
kepribadian professional.
3.
Pendidikan
Non Formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kesetaraan,
pendidikan keterampilan, dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan taman kanak-kanak
merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang didalamnya ada proses belajar
mengajar berkesinambungan tetapi terorganisir dengan baik dalam rangka
mengembangkan kemampuan seseorang baik pengembangan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan sehingga seseorang dapat mengembangkan dirinya, keluarganya,
lingkungan bahkan negaranya.
Latar
Belakang Masalah
Anak usia dini
adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas
tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun.
Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangannya (Mansur, 2005). Pada masa tersebut merupakan masa emas
(golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup
pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
|
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak
TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?
|
Tujuan Masalah
Adapun
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pembelajaran kinestetik
yang dilakukan dengan metode bermain sosial pada anak TK Pertiwi di Desa
Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
|
Metode
Penelitian
Metode yang penulis gunakan
adalah metode deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mengkaji masalah
terjadi saat sekarang dengan cara mengumpulkan data, kemudian dianalisis
untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.
|
Teknik
Pengumpulan Data
Observasi,
wawancara, dokumentasi.
|
Hasil
Penlitian
|
Penelitian
yang dilakukan oleh Ratna Indrawati CS pada tahun 2012, mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul
“Upaya Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak Melalui Kegiatan Gerak dan Lagu
Di Kelompok Bermain Tunas Melati 1 Purworejo, Celep, Kedawung, Sragen”.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, adapun yang dimaksud
pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang informasi atau data dikumpulkan
tidak berwujud angka-angka dan analisanya berdasarkan prinsip logika.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui minat belajar anak tunagrahita mampu didik di
SLB C Negeri Bantul.Kemudian, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalu kegiatan gerak dan
lagu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar anak yang tampak dalam
sikapnya dalam mengikuti pelajaran di kelas dan belajar di rumah masih terlihat
rendah ataupun kurang. Hampir setiap pelajaran anak tidak memperhatikan apa
yang disampaikan oleh guru, tidak mau membaca ataupun menulis, sehingga
buku-bukunya banyak yang hanya berisi coretan-coretan.
Persamaan
penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang
kecerdasan kinestetik. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.Perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah lokasi dan fokus penelitiannya.
Peneliti memfokuskan kegiatan belajar melalui bermain sosial, sedangkan
penelitian oleh Ratna Indrawwati khusus pada Gerak dan Lagu. Lokasi penelitian
yang digunakan TK Pertiwi Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berlokasi Di
Kelompok Bermain Tunas Melati 1 Purworejo, Celep, Kedawung, Sragen.
Berdasarkan
latar belakang penyusunan penelitiian kualitatif ini dapat ditarik sebuah
pertanyaan penelitian yaitu : Bagaimana TK Pertiwi di Desa Cibeber Kecamatan
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan pembelajaran kinestetik siswanya
yang dilakukan dengan kegiatan bermain sosial ?
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Metode
adalah cara untuk meneliti suatu masalah sehingga tujuan penelitian dapat
tercapai, karena metode yang digunakan akan menentukan dan berpengaruh pada
hasil yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan
suatu peristia yaitu gambaran pembelajaran kinestetik yang dilakukan dengan
metode bermain sosial dalam proses pembelajarannya di TK Pertiwi Desa Cibeber
Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Metode penelitian
deskriptif tersebut dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu
fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Jenis
penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) apabila dilihat
dari tempat penelitian dilakukan.Penelitian lapangan yaitu penelitian dengan
menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya
disebut infroman atau responden melalui instrument pengumpulan data seperti
angket, wawancara, observasi, dan sebagainya. (Abudin Nata, 2000, Hal : 125)
Pengumpulan
data langsung (data primer) atau riset lapangan (field research) yaitu dengan
penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendatangi langsung ke objek
penelitian, dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data :
1.
Teknik
Observasi
Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Husaini Usman
Purnomo Setiadi Akbar, 1996, hal 54)
Teknik observasi adalah melakukan
pengamatan langsung terhadap Guru, staf karyawan, dan peserta didik.
2.
Teknik
Wawancara
Teknik wawancara adalah dengan
melakukan wawancara kepada pemimpin atau kepala sekolah dan beberapa guru dan
karyawan untuk mendapatkan informasi.
Pengumpulan data tidak langsung
(data sekunder) atau riset perpustakaan (library research) yang dilakukan
penulis dengan cara mengumpulkan data-tata teoritis yang bersumber dari buku
literature, bahan-bahan atau hasil kuliah, serta majalah yang ada kaitannya
dengan materi yang disampaikan dosen.
3.
Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Metode ini penulis digunakan
untuk memperoleh data tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian
seperti, gambaran umum, letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur
organisasi, keadaan guru atau peserta didik, serta sarana dan prasarana.
1.
Populasi
Suatu penelitian menentukan
populasi merupakan hal penting karena menyangkut subjek yang menjadi perhatian
peneliti, pengertian populasi menurut (Kartono, Kartini 1990 : 133) menyebutkan
bahwa “populasi adalah totalitas semua kasus, kejadian, orang sebagai hal atau
individu, manajemen, alat-alat mengajar, cara mengajar, cara
pengadministrasian, peristiwa dll.”
Adapun sumber data tersebut terdiri dari :
1.
Kepala
Sekolah TK Pertiwi (sebagai subyek, responden, dan sumber data)
2.
Guru
TK Pertiwi (sebagai responden dan sumber data)
3.
Siswa
TK Pertiwi (sebagai subyek, responden, dan sumber data)
4.
Orangtua
siswa TK Pertiwi
5.
Pelaksanaan
metode permainan sosial dalam pembelajaran (melempar bola, petak umpet, tarik
tambang, baren, dan loncat tali).
2.
Sampel
Karena jenis penelitian yang
penulis lakukan adalah penelitian kualitatif, maka teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Sampel bertujuan (purposive
sampling).Makdusnya adalah pengambilan sampel tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian.Yang menjadi salah satu ciri sampel bertujuan adalah dari mana atau
dari siapa pengambilan sampel itu dimulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila
hal itu sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada keperluan
peneliti.
Dalam penelitian kualitatif ini
peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor konsektual, jadi maksud
sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi yang
dapat dijaring, maka penarikan sampel dapat diakhir.Jadi kuncinya disini adalah
jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus
dihentikan.(Lexi J. Moleong, 1998, hal 166).
Operasional variable adalah pengertian variable (yang
diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,
secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.
Untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka peneliti membuat variabel
dan indikator untuk menuntun peneliti dalam melakukan pengumpulan data.
Variabel dan indikator penelitian ini adalah sebagai berikut :
No
|
Variabel
|
Indikator
|
1
|
Pembelajaran Kinestetik
|
a.
Pengertian
Kinestetik
b.
Ciri-ciri
belajar kinestetik
c.
Langkah-langkah
pembelajaran kinestetik
|
2
|
Bermain Sosial
|
a.
Pengertian
bermain sosial
b.
Teori
bermain sosial
c.
Contoh
bermain sosial
|
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif untuk menganalisis data
yang terkumpul, penulis menggunakan metode analisis kualitatif.
Analisis deskriptif
kualitatif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk
menjelaskan (descrable) fenomena ataupun data yang didapatkan. (Drajad
Suhardjo, 2003, hal 12).
Untuk
data kualitatif non angka yang diperoleh penulis dari penelitian, akan penulis
olah dengan menggunakan metode deskriptif analisis non statistic dengan cara :
1.
Metode
Induktif, yaitu cara berpikir yang bertolak dari fakta-fakta yang khusus
kemudian kita tarik kesimpulan yang bersifat umum.
2.
Metode
Deduktif, yaitu perolehan data atau keterangan yang bersifat umum, kemudian
diolah untuk mendapatkan rincian yang bersifat khusus.
Selain
analisis kualitatif penulis juga menggunakan analisis isi atau analisi
dokumentasi (content analisis) yaitu
penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan. Maksudnya
adalah mengolah data yang terkumpul dan sudah menjadi dokumen dengan cara
menganalisis isinya, setelah itu diolah dan dianalisis sesuai dengan isinya
tetapi perlu diingat bahwa data itu harus diseleksi atas dasar reabilitasnya
dan validalitasnya dan baru kemudian di deskripsikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Yunus. Kemampuan Menulis dan Berbicara
Akademik Edisi Revisi Kurikulum 2013, Bandung: Rizqi Press, 2015
0 komentar:
Posting Komentar